Beberapa hari ini, media ramai membicarakan program makan siang gratis bergizi dari pemerintah. Banyak yang menyambut antusias, tidak sedikit pula yang khawatir. Sebagai guru di SD Salafiyah Fityatul Huda, saya hanya bisa tersenyum karena sejak sekolah ini berdiri, kami sudah melakukannya.
Ya, program makan siang sudah menjadi bagian dari ritme harian siswa-siswi kami. Bukan proyek sementara, tapi warisan niat baik yang dijaga sejak awal. Kami percaya, pendidikan tidak bisa berjalan dengan perut yang kosong.
Di sekolah kami, makan siang bukan tambahan. Ia bagian penting dari pendidikan. Dapur sekolah kami menyiapkan makanan dengan penuh perhatian. Ada nasi, lauk berprotein, sayur, dan buah. Menu selalu berganti tiap hari, agar anak-anak tidak bosan dan tetap semangat makan.
Kalau ada anak yang tidak suka salah satu menu? Tenang. Mereka tinggal lapor ke dapur, dan biasanya akan dibuatkan pengganti yang tetap sehat. Semua itu bisa dilakukan karena dapur kami berada langsung dalam pengawasan sekolah.
Istirahat pertama adalah waktu jajan sehat. Anak-anak mendapat camilan ringan dari sekolah, bukan dari luar. Lalu, saat istirahat kedua, mereka duduk bersama di dalam kelas dan mulai makan siang. Suasananya selalu ramai dan penuh cerita. Ada yang saling mencicipi, ada yang suka berbagi, ada pula yang meminta nambah karena menu hari itu favoritnya.
Para guru pun ikut makan bersama. Ini bukan hanya soal mendampingi, tapi juga memberi contoh. Anak-anak belajar banyak dari hal kecil seperti ini.
Program makan siang gratis dari pemerintah adalah kabar baik. Tapi kami juga tidak bisa menutup mata atas beberapa berita yang membuat resah. Beberapa kasus keracunan makanan yang dikelola oleh dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) membuat banyak orang tua khawatir, termasuk kami.
“Andaikan program makan bergizi dari pemerintah bisa kami kelola sendiri mungkin itu jauh lebih baik. Bukannya kami tak percaya pada dapur MBG yang bekerja sama dengan pemerintah, namun melihat beberapa berita adanya keracunan pada MBG ini membuat kami khawatir.”
Bukan hanya soal keamanan, tapi juga kepercayaan orang tua. Sekolah harus bisa menjamin apa yang masuk ke perut siswa benar-benar halal, aman dan layak. Kami percaya bahwa sekolah yang sudah punya sistem internal, seperti kami, sebaiknya diberikan kepercayaan untuk mengelola sendiri. Bukan karena ingin beda arah, tapi karena kami tahu betul karakter anak-anak kami, dan kami tahu standar kualitas yang kami terapkan setiap hari.
Baca juga : Sejak Awal Berdiri, SD Salafiyah Fityatul Huda Hadir dengan Konsep Makan Siang Sehat untuk Siswa
Manfaat dari program makan siang ini sangat terasa. Anak-anak jadi lebih fokus belajar, tidak cepat lelah, dan terlihat lebih ceria. Kami percaya, anak-anak yang kenyang dengan makanan bergizi akan lebih siap menerima ilmu dan nilai-nilai kebaikan.
Sebagai guru, saya merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari sekolah yang peduli secara menyeluruh. Dan ketika sekarang banyak pihak mulai menyadari pentingnya makanan bergizi untuk anak sekolah, saya merasa: akhirnya kita melangkah ke arah yang sama.
Makan siang sehat bukan hal baru di SD Salafiyah Fityatul Huda. Ini tradisi, ini cara kami mendidik dengan utuh. Kami bersyukur sudah memulainya lebih awal, dan kami siap menyambut inisiatif pemerintah selama dijalankan dengan bijak dan aman. Karena bagi kami, pendidikan terbaik selalu dimulai dari hati yang peduli dan perut yang kenyang.
Mudah-mudahan, semakin banyak sekolah bisa menerapkan hal serupa. Karena pendidikan sejati bukan hanya soal kurikulum, tapi juga bagaimana kita memberi asupan terbaik dan tentunya yang halal nan berkah untuk akal, hati, dan tubuh anak-anak kita.
Tinggalkan Komentar